MAKALAH
PSIKOLOGI
UMUM
DOSEN
PENGAMPU : Hj.Amanah,M.Si
PERASA’AN
DAN EMOSI
Oleh
: SURIMAN
SEMESTER IV
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) BREBES
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat
Allah SWT, karena berkat petunjuk-Nyalah, kami selaku penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini sebaik-baiknya.
Penyusunan makalah ini bertujuan
untuk :
1. Memenuhi salah satu tugas mata
kuliah psikologi umum
2. Menambah wawasan bagi para pembaca
pada umumnya, dan bagi penyusun pada khususnya.
Kami sangat menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, baik materi maupun penyajian
serta penulisan yang tidak sesuai. Untuk itu kami memohon maaf yang
sebesar-besarnya, dan kami mengharapkan kritik dan juga sarannya kepada semua
pihak.
Kami juga mngharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini untuk masa yang akan
datang. Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bumiayu,15 April 2014
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang Masalah
Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu
berasal dari kata bahasa inggris, psychology. Kata psychology
merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu
psyche yang artinya jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi
secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Beberapa macam definisi psikologi
yang satu sama lain berbeda, seperti:
a.Psikologi adalah ilmu kehidupan mental (the scence of
mental life)
b.Psikologi adalah ilmu menganai pikiran (the science of
mine)
c.Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku (the science
of behavior)
Pada makalah ini akan dibahas bagian dari psikologi yaitu
tentang sikap emosi, dalam hal emosi para ahli mengemukakan beberapa teori.
Salah satu teori menyebutkan bahwa emosi timbul setelah terjadinya reaksi
psikologis. teori lain berpendapat bahwa karena gejolak emosi itu menyiapak
seseorang untuk mengatasi keadaan genting, orang primitif yang membuat respon
semacam itu bisa survive dalam perjuangan hidupnya, lalu darimanakah emosi itu
tinggal? Dari pikiran atau dari tubuh? Tentunya untuk mengungkap kebenaran hal
itu sulit sekali.
2.Hipotesis
a.Apa itu emosi?
b.Darimana itu emosi? Dan bagaimana perkembangannya?
c.Bagaimanakah cara mengendalikan emosi?
BAB II
PEMBAHASAAN
A.Hakekat Emosi
Dari mana emosi itu muncul? Apakah dari pikiran atau dari
tubuh? Pada hakikatnya setiap orang mempunyai emosi, dari bangun tidur pagi
sampai malam hari, kita mengalami macam-macam pengalaman yang menimbulkan
berbagai emosi pula.
Lantas apa yang dimaksud dengan emosi? Menurut William James
(dalam Wedge, 1995), menurut beliau mendefinisikan emosi adalah kecenderungan
untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam
lingkungannya. Crow dan Crow (1962), dia mengartikan emosi sebagai suatu kedaan
yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment
(penyesuaian diri dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahtraan dan
keselamatan individu.
Dari definisi tersebut jelas bahwa emosi tidak selalu jelek,
emosi meminjam ungkapan Jalaludin Rakhmat (1994), memberikan bumbu kepada
kehidupan tanpa emosi hidup ini kering dan gersang.Memang semua orang memiliki
jenis perasaan yang serupa, namun intensipnya berbeda-beda, emosi-emosi ini
dapat merupakan kecenderungan yang membuat kita frustasi, tetapi juga bisa
menajdi modal untuk meraih kebahagiaan dan kesuksesan hidup. Semua itu
tergantung pada emosi yang kita pilih dalam reaksi kita terhadap orang lain,
kejadian-kejadian, dan situasi disekitar kita.
Disisi lain juga emosi itu kebanyakan cenderung untuk
melakukan sesuatu hal yang jelek, dan jarang ada emosi yang bertujuan untuk hal
yang baik.
a.Teori-teori emosi
b.Teori emosi dan faktor Schacter Sinyer
Teori emosi dua faktor schacer-singer dikenal sebagai teori
yang klasik yang berorientasi pada rangsangan. Reaksi fsiologik dapat saja sama
(hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin di alirkan
dalam darah dan sebagainya), namun jika rangsangannya menyenangkan emosi yang
timbul dinamakan senang. Sebaliknya jika rangsangan yang membahayakan emosi
yang dinamakan takut. Para ahli psikologi melihat teori ini lebih sesuai dengan
teori kognisi.
1.Teori emosi James-lange
Dalam tori ini disebutkan bahwa emosi timbul setelah
terjadinya reaksi psikologik.William James (1884), dari Amerika Serikat dan
Carl Lange (1885), dari Denmark telah mengemukakan pada saat yang hampir
bersamaan suatu teori tentang emosi mirip satu sama lainnya, sehingga teori ini
terkenal dengan nama teori James-Lange (Effendi dan Praja, 1993; mahmud, 1990;
Dirgagunarsa, 1996).
Menurut teori ini emosi adalah hasil prsepsi seseorang
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap
berbagai rangsangan yang datang dari luar. Misalkan jika seseorang melihat
harimau, reaksinya adalah peredaran darah cepat karena denyut jantung makin
cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara dan sebagainya. Respon-respon tubuh
ini kemudian di persepsikan dan timbulah rasa takut. Mengapa rasa takut itu
timbul? Ini disebabkan oleh hasil pengalaman dan proses belajar. Orang
bersangkutan dari hasil pengalamnnya telah mengetahui bahwa harimau adalah
makhluk yang berbahaya karena itu debaran jantung di persepsikan takut.
2.Teori Emergency Cannon
Teori ini dikemukakan oleh Walter. B Cannon (1929), seorang
psikolog dari Harvard University, Cannon dalam teorinya menyatakan bahwa karena
gejolak emosi itu menyiapkan seseorang untuk mengatasi keadaan yang
genting.Teori ini menyebutkan emosi sebagai pengalaman subjektif psikologik,
timbul bersama-sama dengan reaksi fsikologik (hati berdebar, tekanan darah
naik, nafas bertambah cepat, adrenalin di alirkan dalam darah dan
sebagainya).Teori Cannon selanjutnya diperkuat oleh Philip Bard, sehingga lebih
dikenal dengan teori Cannon-Bard atau teori “emergency” teori ini mengatakan
pula bahwa emosi adalah reaksi yang diberikan oleh organisme dalam situasi
emergency (darurat). Teori ini didasarkan pada pendapat bahwa ada antagonisme
(fungsi yang bertentangan) antara saraf-saraf simpatis dengan cabang-cabang
oranial dan secral daripada susunan saraf otonom. Jadi kalau saraf-saraf
simpatis aktif sarat otonom nonaktif, dan begitu kebalikannya.
3.Teori lingkungan
Teori lingkungan ini menganggap bahwa penyakit mental
diakibatkan oleh berbagai kejadian yang menyebabkan timbulnya stres. pandangan
tersebut beranggapan bahwa kejadian ini sendiri adalah penyebab langsung dari
keterangan emosi.Pada umumnya, orang menganggap teori ini sesuai dengan akal
sehat dan menerima pandangan in begitu saja. Ucapan-ucapan seperti “ia membuat
saya marah”, “film lucu itu membuat saya tertawa”, merupakan bukti nyata bahwa
berbagai kejadian di dalam hidup kita mempunyai hubungan langsung dan satu
terhadap satu dengan perasaan emosional kita.
Teori ini sama sekali tidak bisa menjelaskan mengapa pada
suatu waktu kejadian tertentu membawa kesedihan, tetapi tidak demikian pada
saat lain. Atau mengapa seorang bisa bersikap sangat tenang terhadap kejadian
yang tidak menguntungkan, sedangkan orang lain bil aberhadapan dengan kejadian
yang sama akan mengalami kecemasan.Seperti yang kita lihat teori ini memang
sangat masuk akal, namun hanya sampai batasan tertentu. Betapapun populernya
teori tersebut tidak cukup untuk menerangkan secara luas gejala dari pergolakan
emosional.
Menurut pandangan ini, tekanan emosional baru bisa
dihilangan kalau masalah “penyebab” ketegangan tersebut di tiadakan. Selama
masalh tersebut masih ada, biasanya tidak banyak yang bisa dilakukan
untuk menghilangkan perasaan-perasaan yang menyertainya. Karena yang disebut
lebih dahulu diduga sebagai penyebab dari yang belakangan, secara logis bisa
dikatakan bahwa penghilangan masalah selalu dapat menghilangkan kesukaran.
Memang demikianlah yang sering terjadi tetapi ini belum tentu dapat
menghilangkan reaksi emosional yang kuat sekali jika reaksi ini terjadi (Hauck
1967).
4.Teori afektif
Pandangan profesional yang paling luas dianut mengenai
gangguan mental adalah pandangan yang berusaha menemukan pengalaman emosional
bawah sadar yang dialami seorang anak bermasalah dan kemudian membawa ingatan
yang dilupakan dan ditakuti ini ke alam sadar, sehingga dapat di lihat dari
sudut yang lebih realistik. Sebelum rasa takut dan rasa salah tersebut
disadari, anak-anak itu diperkirakan hidup dengan pikiran bawah sadar yang ipenuhi
dengan bahan-bahan yang menghancurkan yang tidak bisa dilihat, tetapi masih
sangat aktif dan hidup. Ia bisa cemburu dan membenci ayahnya yang ditakutkan
akan melukainya karena pikiran-pikiran jahat tersebut, anak itu mngkin merasa
bersalah karena rasa benci itu sehingga amat berharap mendapat hukuman atas
kejahatannya. Karena tidak menyadari kebencian itu si anak tidak menyadari
bahwa si anak banyak kejadian tidak masuk akal terjadi atas dirinya sebenarnya
adalah alat untuk menghukum dirinya sendiri.Menurut pandangan ini bukan
lingkungan seperti si ayah yang menimbulkan gangguan, tetapi perasaan bawah
sadar sianak (atau dikatakan afeksi), kelepasan hanya bisa dicapai bila
perasaan tersebut dimaklumi dan dihidupkan kembali dengan seorang yang tidak
akan menghukum anak tersebut atas keinginan-keinginan berbahaya.
5.Teori kongnitif
Sekarang ini hanya teori kognitif utama yang patut
dibicarakan, yakni “Psikoterapi Rasional Emotif” yang ditemukan oleh Albert
Ellis (1962), menurut teori ini penderitaan mental tidak disebabkan
langsung oleh masalah kita atau perasaan bawah sadar kita akan masalah tersebut
melainkan dari pendapat yang salah dan irasional. Yang di sadari maupun yang
tidak disadari akan masalah-masalah yang kita hadapi.
B.Macam-macam emosi
Atas dasar aktivitasnya tingkah laku
emosinal dapat dibagi menjadi empat macam yaitu : (1) marah, orang bergerak
menentang sumber frustasi, (2) takut, orang bergerak meninggalkan sumber
frustasi, (3) cinta, orang bergerak menuju sumber kesenangan, (4) defresi,
orang menghentikan respon-respon terbukanya dan mengalihkan emosi ke dalam dirinya
sendiri (Mahmud, 1990:167).Dari hasil penelitiannya John B Watson, (dalam
Mahmud 1990) menemjukan bahwa tiga dari ke empat respon emosional tersebut
terdapat pada anak-anak, yaitu : takut, marah, dan cinta.
C.Ekspresi dan emosi
Apakah ekspresi itu? Wullur (1970:16) melukiskan ekspresi
sebagai “pernyataan batin seseorang dengan cara berkata, bernyanyi, bergerak,
dengan catatan bahwa ekspresi itu selalu tumbuh karena dorongan akan
menjelmakan perasaan atau buah pikiran”.Ekspresi menurut Wullur, juga bersifat
membersihkan, membereskan (katarsis), karena itu ekspresi dapat mencegah
timbulnya kejadian-kejadian yang tidak diberi kesempatan untuk menjelmakan
perasaannya dan menghadapi perasaannya.
Tanpa ekspresi, bahan yang terpendam itu dapat membahayakan,
dan terkadang bisa menjadi letusan kecil ataupun juga menjadi letusan besar.
Misalnya mengamuk bahkan membunuh, letusan yang lebih besar lagi adalah
terjadinya letusan revolusi suatu bangsa yang bertahun-tahun atau berabad-abad
tertindas.Dalam kaitannya dengan emosi, kita dapat membagi ekspresi
emosional (emotional expression) dalam tiga macam (Dirgagunarsa,
1996:138) yakni : (1) startle response atau reaksi terkejuit, (2) facial
and vocal expression atau ekspresi wajah dan suara, (3) posture and
gesture atau ekspresi sikap dan gerak tubuh.
D.Perasaan dan emosi
Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang
karena pengaruh pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif dan negatif’
(Koentjaraningrat, 1980).Dalam mempelajari perasaan para ahli tidak mengadakan
pembedaan yang tegas dengan emosi. Hal ini tampak pada pembagian perasaan yang
dilakukan oleh beberapa ahli dibawah ini (Dirgagunarsa, 1996) yakni : (1) perasaan
pengindraaan, (2) perasaan vital, (3) perasaan psikis (4) perasaan pribadi.W.
Stern mengadakan pembagian perasaan sebagai berikut: (1) perasaan yang
bersangkutan dengan masa kini, (2) perasaan yang bersangkutan dengan masa
lampau, (3) perasaan yang bersangkutan dengan masa yang akan datang.
Watson menyatakan bahwa manusia pada dasarrnya mempunyai
tiga emosi dasar yakni: (1) fear, yang nantinya bisa berkembang menjadi
anxiety atau cemas, (2) rage, yang akan berkembang antara lain menjadi
anger (marah), (3) love, yang akan berkembang menjadi simpati.Descrates
juga mengemukakan emosi-emosi dasar sebanyak enam macam yakni : (1) desire, keinginan,
(2) hate, benci, (3) wonder, kagum, (4) sorrow,kesedihan,
(5)love, cinta, (6) joy, kegembiraan.
D.Mengendalikan emosi
Mengendalikan emosi itu penting sekalai, karena kenapa? hal
ini didasrkan atas kenyataan bahwa emosi mempunyai kemampuan untk
mengomunikasikan diri kepada orang lain.Supaya pergaulan kita sehari-hari dapat
berjalan lancar dan dapat menikmati kehidupan yang tentram, kita tidak hanya
mampu mengendalikan emosi, namun juga harus memiliki emosi yang tepat dengan
mempertimbangkan keadaan, waktu, dan tempat.
Maka menurut Wedge
(1995), rahasia hidup yang bahagia dapat dinyatakan dalam suatu kalimat
singkat, “pilihlah emosi anda seperti anda memiliki sepatu anda”.Sehubungan
dengan hal tersebut ada beberapa peraturan untuk mengendalikan emosi (Mahmud,
1990) yakni : (1) hadapilah emosi tersebut, (2) jika mungkin, tafsirkanlah
kembali situasinya, (3) kembangkanlah rasa humor dan sikap realistis, (4)
atasilah problem-problem yang menjadi sumber emosi.
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Secara garis besar pisikologi dapat di artikan sebagai salah
satu cabang ilmu yang mempelajari tentang pola tingkah laku manusi pada
umumnya.Dari pembahasan di atas yang di ungkapkan oleh beberapa tokoh
psikologi, mengenai apa itu emosi, perkembangan emosi dalam diri kita, bahkan
bagaimana cara pengendalian emosi. Namun yang perlu kita ketahuii juga bahwa
para ahli psikologi dalam melacak tentang emosi itu tentunya sangat berbeda dan
juga beragam peafsiran.
Dalam PSIKOLOGI UMUM dalam lintas sejarah / Drs. Alex Sobur,
M.Si – Cet 1 Bandung : Pustaka Setia, september 2003, 568 halm: 16 x 24 cm,
telah di bahas dimana emosi itu menurut William James (dalam Wedge,
1995), emosi adalah kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas bila
berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya. Crow dan Crow (1962),
mengartikan emosi sebagai suatu kedaan yang bergejolak pada diri individu yang
berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian diri dalam) terhadap lingkungan
untuk mencapai kesejahtraan dan keselamatan individu.
Berdasarkan definisi yang du ungkapan oleh beliau, jadi pada
intinya emosi itu akan selalu ada dan timbul pada setiap individu, baik tua
maupun muda pasti mempunyai emosi, yang dimana emosi itu akan selalau muncul
pada setiap individu sesuai dengan keadaan jiwa si individu tersebut, emosi itu
bermacam-macam ada takut, marah dan cinta.Kemudian emosi tersebut biasanya di
luapkan oleh seseorang melalui ekspresi, agresi dan juga melalui sebuah
perasaan.Ketika kita berbicara tentang emosi tentu perasaan kita selslu ke arah
negatif, karena kenapa? Karena emosi hampir dominan itu sangat membahayakan,
tentunya hal yang tidak dinginkan menimpa pada kita.
2.Saran
Emosi yang ada diri kita tentunya harus bisa kita jaga
sesuai dengan lingkungan, waktu dan juga tempat, apalagi kita sebagai Mahasiswa
umumnya untuk seluruh individu manusia, kita harus bisa menjaga emosi jangan
sampai emosi yang kita luapkan tidak sesuai dengan keadaan, karena kenapa?
Karena emosi itu ada pada setiap individu termasuk kita, tidak mungkin seorang
individu tidak punya individu. Oleh karena itu kita harus mawas diri dalam
mengendalikan emosi tersebut.Dalam hal lain selain kita harus bisa harus mawas
diri, kita juga harus lebih mendekatkan diri kepada Allah, dengan menjauhi
segala larangannya, karena seseorang yang jauh dari sifat buruk itu akan senan
tisa mendapat Nurullah yaitu cahaya Allah, yang senantiasa perbuatannya
selalu terjaga dengan hati-hati.
DAFTAR PUSTAKA
Sobur, Alex, 2003. Psikologi
Umum, Bandung : Pustaka Setia
Syah, Muhibbin, 2009. Psikologi
Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Shaleh, Abdul Rahman, 2008. Psikologi
Suatu Pengantar Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar