MAKALAH
FILSAFAT KLASIK
DOSEN
PENGAMPU : Drs.Mukti
Disusun
Oleh :
SURIMAN
SEMESTER IV
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM (STAI) BREBES
2014
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur marilah kita panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena berkat petunjuk-Nyalah, kami selaku penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini sebaik-baiknya.
Penyusunan makalah ini bertujuan
untuk :
1. Memenuhi salah satu tugas mata
kuliah filsafat umum
2. Menambah wawasan bagi para pembaca
pada umumnya, dan bagi penyusun pada khususnya.
Kami sangat menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, baik materi maupun penyajian
serta penulisan yang tidak sesuai. Untuk itu kami memohon maaf yang sebesar-besarnya,
dan kami mengharapkan kritik dan juga sarannya kepada semua pihak.
Kami juga mngharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini untuk masa yang akan
datang. Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bumiayu,15 April 2014
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
1 . Latar Belakang
Filsafat Yunani klasik merupakan awal dari permulaan
pemikiran filsafat atau pembahasan masalah filsafat secara spekulatif rasional, dan tidak irrasional
dogmatis. Filsafat
Yunani klasik juga merupakan ilustrasi pemikiran dan pembahasan masalah
filsafat secara sistematis dan lengkap dan juga berlaku samapai sekarang.
Sejarah fisafat
dipelajari dengan tujuan agar diperoleh apa yang menjadi masalah pokok filsafat
dan sejarah perkembangan pemikiran filsafat.Mempelajari sejarah filsafat juga
menyadarkan kita bahwa ajaran yang baik belum tentu diterapkan dengan baik oleh
sebab itu waktu dan tempat belum cukup masak memberikan dan berlaku sampai
sekarang.
Sejarah filsafat
menyadarkan kita bahwa
setiap teori ada kelemahannya dan ada kebaikannya, karena itu menuntut adanya kerja sama
antara sesama pengusaha filsafat, saling memberi dan menerima (take and give), dalam rangka
kepentingan bersama, demi kesejahteraan hidup manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
1. FILSAFAT
YUNANI
Filsafat yunani
amatlah besar peranan dan pengaruhnya terhadap falsafah yang ada pada umumnya sekarang menguasai dunia
ini. Pengaruhnya ini pada dasarnya tidaklah baik. Sebabnya oleh karena
masyarakat sekarang ini adalah meruupakan perjuangan hidup dan ini
diakibatkan oleh filsafat yang menjadi dasar dari masyarakat itu.
Berfalsafah sebenarnya
adalah bertindak, yaitu bertindak dengan mempergunakan rasio sebagai alat. Sebelum bertindak
dalam kenyataan, manusia itu terlebih dahulu memikirkan baik buruk dari
tindakannya itu. Dan itu telah merupakan falasafah. Maka baik buruk tindakan
itu akan ditentukan oleh nilai buruk baik filsafat yang dianut oleh manusia
itu.
Dan
masyarakat itu adalah penuh diisi oleh dan berisikan tindakan manusia,
sebagai tindakan manusia dalam kenyataan. Oleh sebab itu baik buruk nilai masyarakat adalah ditentukan
oleh buruk baik falsafah yang dipakai oleh manusia itu. Jika Moral masyarakat itu rendah, maka
yang demikian itu adalah disebabkan filsafat yang dianut oleh manusia
itu. Oleh karena itu falsafah Yunani itu bertanggung jawab juga atas adanya
masyarakat itu, dan menententukan
tindakanyang
diperbuatan
manusia didalam masyarakat antara sesama. Dan tiap-tiap tindakan dan perbuatan itu tentulah dari
pemikiran, perhitungan tentang buruk baiknya sesuatu tindakan dan perbuatan.
Dasar dari
pemikiran adalah falsfah yang dianut atau mempengaruh pemikiran manusia itu.
Jelaslah betapa pentingnya peranan falsafah itu dalam perhubungan antara
manusia. Pokoknya ialah, akan bergaulkah manusia itu sesamanya, atau akan
bermusuh-musuhkah.
Dikatakan
diatas, bahwa masyarakat dewasa ini adalah merupakan perjuangan hidup, dimana
seseorang mencurigai, malahan menganggap orang lain itu musuh. Dan juga telah
dinyatakan diatas, bahwa filsafat yang padau mumnya menguasai dunia dewasa ini
adalah falsafah yang berdasarkan atas dan bersumberkan falsafah Yunani.
Pada umumnya orang-orang Yunani
sebelum abad VI S.M. masih mempercayai dongeng-dongeng atau mythos. Segala
sesuatunya harus diterima sebagai suatu kebenaran yang tidak perlu dibuktikan
lagi. Saat itu logos (akal) tidak bicara. Segala sesuatunya harus diyakini
dengan iman.
Sekitar abad VI SM. Mulai muncul
para pemikir yang tidak puas dengan segala dongeng-dongeng tersebut. Mereka
menginginkan jawaban yang dapat diterima akal atas segala misteri yang ada di
alam semesta ini. Ini adalah awal kebangkitan pemikiran filsafat Yunani, dimana
orang-orang mulai mencari kebenaran dengan menggunakan logos dan mulai
meninggalkan mythos. Dengan adanya kebebasan mimbar, pemikiran filsafat tumbuh
subr di Yunani.
Pada saat itu orang-orang Yunani sangat menghargai berpikir dan menyampaikan
buah pikirnya. Mereka berpikir secara murni, mereka berpikir karena mereka
senang berpikir, senang mencari tahu akan hakikat sesuatu. Jadi mereka berpikir
bukan karena dibebani tujuan praktis demi penerapan apa yang ingin mereka
ketahui dan juga bukan atas perintah raja.Pada saat itu mereka sudah kenal dan
menganut demokrasi (demos mempunyai kratos; rakyat mempunyai kekuasaan).
Para pemikir filsafat Yunani yang
pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunai yang terletak di
pesisir Asia kecil. Mereka kagum pada alam yang penuh nuansa dan ritme dan
berusaha mencari jawaban atas apa yang ada di belakang semua misteri itu.
Mereka itu disebut para Fisuf alam, sebab perhatian mereka terutama pada
gejala-gejala alam, bukan pada manusia. Mereka mencari arche (asas
pertama) yang asal mula dari segala yang ada.
_
Thales (_+ 625-545 S.M )
_Anaximander
(_+ 610-540 S.M)
Anaximes
(_+ 538-480 S.M)
2 . FILSAFAT YUNANI KLASIK (KUNO)
Perubahan jalan pikiran dalam filosofi tidak
terjadi sekonyong-konyong. Ini ternyata benar dengan timbulnya Filosofi Klasik
Yunani. Seperti dissebut di atas, aliran sofisme mulai mengubah pandangan
kemanusia sebagai makhluk yang berpengetahuan dan berkemauan. Tetapi
sofime terlalu mengemukakan pendirian yang subyektif, relatif dan skeptis.
Sebab itu tak mungkin ia menjadi suatu sistim pengetahuan yang bulat. Sofisme
tak lebih dari masa pendahuluan ke zaman klasik.
Adapun latar belakang penentuan dijatuhkan
pada Filsafat Yunani
Klasik,
adalah sebagai
berikut :
1.
Bahwa filsafat Yunani Klasik merupakan awal dari permulaan pemikiran
filsafat atau pembahasan masalah filsafat secara spekluatif rasional, dan tidak
irrasional dogmatis.
2.
Bahwa Filsafat Yunani klasik merupakan contoh ilustrasi pemikiran dan
pembahasan maslah filsafat secara sitematis dan lengkap dan berlaku sampai
sekarang.
3.
Bahwa sesuai dengan butir pada dasarnya pemikir-pemikir filsafat saat
ini merupakan komentator filsafat Yunani klasik dan menyesuaian dasar-dasar
pemikiran tokoh Klasik dengan tuntutan zaman da perkembangan kebudayaan.
4.
Bahwa Filsafat Yunani Klasik dan para tokohnya merupakan bukti
yang jelas, bahwa apabila kebebasan pemikiran manusia dijamin akan menghasilkan
sesuatu, termasuk ajaran filsafat, yang benar, baik dan bermanfaat bagi
kesejahteraan hidup manusia yang manusiawi.
5.
Bahwa filsafat Yunani Klasik yang agung itu menyadarkan kita yang lama
tidak selamanya itu salah dan jelek, bahkan menuntut kita untuk lebih
cermat dan giat menciptakan sesuatu lebih dari yang dilakukan mereka.
6.
Bahwa berpikir dan pemikiran filsafat
tidak berada dalam kekosongan sosial, artinya berpikiran dan pikiran filsafat
kita diilhami, bersumber dan bermodalkan informasi-informasi hasil pemikiran
para ahli filsafat sebelum kita.
Butir (6)
diatas dapat diartikan pula bahwa mustahil pemikiran filsafat timbul dan
berkembang di dalam tata susunan sosiokultural yang tidak mendukung ke arah
itu. Maka dari itu, pengajuan beberapa pendapat tentang dasar-dasar
sosiokultural masyarakat, bangsa atau negara Yunani mungkin akan diperoleh
manfaat daripadanya.
3. PERIODISASI FILSAFAT YUNANI KLASIK.
Sistematis periodisasi, masalah-masalah yang dihadapi diajukan mendahului
pembahasan masing-masing tokoh dan
ajarannya, dan ini dengan maksud untuk lebih jelas memberikan gambaran umum
tentang ilmu filsafat, yang sampai saat ini masih dianggap sebagai induk dari
cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain. Dua hal ini yang perllu mendapatkan
perhatian adalah pertama tentang penulisan tahun perkembangan pemikiran atau
ajaran dan penulisan nama-nama tokoh yang nampaknya terdapat tidak keseragaman
di antara sumber-sumber kepustakaan yang digunakan.
Adapun sistematika
singkatan periodisasi tersebut dapat dilihat di bawah ini :
1. Periode
Pra-Sofis.
Mazhab Filafat Alam.
a. Thales
b. Anamimander (Problema: Substansi Pertama).
c. Anaximenes
d. Pythagoras (Filsafat
Perubahan)
e. Heraclitus ( Problema: Perubahan dan Kejadian Filsafat Eleat)
f. Xenophanes
g. Parmenides (Problema: Realisme dan Idealisme)
h. Zeno
i.
Mellissos (Teori
Kualitatif)
j.
Empedocles
k. Anaxogoras (Problema: perubahan Absolut atau
Relatif)
l.
Leucippus (Teori Kuantitatif)
m. demokritos (Problema: Atom
dengan sifatnya, jumlahnya dan gerakannya)
2. Periode
transisi dan Sofis
a. Protagoras
b. Gorgias (problema: Nihilisme dan relativisme.
Ilmu dan nilai norma)
4. SOCRATES
Sokrates lahir
di atena pada tahun 470 sebelum Masehi dan meninggal pada tahun 399 S.M. Bapaknya tukang pembuat patung,
ibunya bidan. Pada permulaannya Sokrates mau menuruti jejak bapaknya menjadi
tukang pembuat patung pula. Tetapi akhirnya ia berganti haluan. Dari
membentuk batu jadi patung ia membentuk watak manusia.
Tokoh filosof
ini adalah yang tertua diantara ketiganya, dan merupakan tokoh marginal, orang
perbatasan, dimana di saatu segi dapat di kategorikan ke dalam kelompok kaum
sofis tetapi dari sudut lain menentang golongan kaumnya sendiri. Ambivalensi
status intelektual ini dipersulit lahi kenyataan bahwa i tidak menulis sesuatu
karya apa pun, karen warisan alam pemikirannya hanya dapat dipelajari melelui
corong murid dan sekaligus rekannya Plato. Dalam setiap pemabahasannya tentang
problema yang sama dalam karya tulisnya.
AJARAN KAUM
SOFIS KLASIK YUNANI
1. Humasanisme Man
The measure of 11 things.
2. Skeptikisme dan
nihilisme dari Gorgias yang artinya tiap-tiap pendapat benar atau tidak ada
yang benar, Ex Nihilo nihil fit.
3. a. There is
nothing
b. Even is there were something we
could not know it
c. Even if exited and we could know it,
we could not communicate this knowledge o others.
4. Empirisme
adalah pandangan bahwa pengetahuan bersumber pada pengamatan (perception)
terhadap kenyataan individual yang berbeda-beda.
5. Tujuan filsafat
adalah menang dalam berdebat, bersilat lidah dengan menggunakan ilmu retorika.
6. Filsafat agama:
Protagoras menyatkan bahwa Tuhan tiak tahu ada atau tidaknya. Masalah in
amat sulit, sedang umur amat pendek.
Masalah pokok
yang dihadapi kedua tokoh filsafat ini adalah masalah hubungan antara kenyataan
yang ‘perpectible” dengan yang “intelligible” atau antara yang “Many” dengan
yng “One” antara “thought” dengan yang “thing” yaitu antara konsep dengan
sensibilia, artinya hal-hal yang dapat diamati.
Usaha Socrates
untuk melepaskan diri dari ikatan kaum Sofis yang skepti bahkan nihilitis itu,
dan dalam rangka menyelesaikan permasalahan di atas, adalah ajaran utama dan pertama yang
berbunyi dalam rumusannya bahwa “knoeledge is virtues” artinya pengertian
adalah kebajikan. Postulat ini menuntut agar setiap tingkah –laku akan
diakui sebagai baik dan bijaksana apabila didasrkan atas pengetahuan, atau
kesadaran manusia yang melakukannya. Secara tidak langsung bagi manusia
pengetahuan dan perngertian yang baik itu merupakan kenyataan yang dapat
diperoleh dan manusia diberi kemampuan untuk mencapai pengetahuan tersebut, dan
yang akan menjadi dasar yang menentukan tingkah-laku perbuatannya.
Pernyataan di
atas dapat pula berarti bahwa pengertian tentang sesuatu sudah menjamin
perbuatan yan sesuai dengan engertian tersebut, apdahal dalam kenyataannya
tidaklah demikian selamanya. Oleh sebab daya kemampuan intelektual manusia
bukan merupakan satu-satunya daya atau faktor yang menentukan tingkah laku
manusia. Apabila kita mengaku daya intelktual satu-satunya dan yang palinng
utama, maka apabila terjadi peristiwa ketidak serasian antara pengertian dan
perbuatan, maka hal ini karena kesalahan atau perbedaan konsep pngertian
atau mungkin sebagai akibat penngaruh psikologis dan sosial, seperti perasaan,
kemauan maupun kondisi sosial tertentu. Postulat Sokrates di atas pada
dasarnya menyadarkan kepada kita bahwa berbuat salah tetapi tahu letak
kesalahannya lebih baik daripada berbuat baik tetapi tidak sadar akan
kebaikannya.
5. PLATO
Plato adalah
satu-satunya filosof yang berhasil membangun suatu sistim pemikiran
filsafat yang integral yang terdiri dari unsur-unsur ajaran filosof
pendahulunya. Ia setuju dengan Anaxagoras dalam hal ini bahwa pikiran adalah
pengatur segala sesuatu, karena itu berbeda dengan bahan atau benda, dengan
Heraclitus ia peroleh ajaran bahwa dalam segala sesuatu ada jamak dua prinsip
dasar yang diperoleh Plato dari kaum Mazhab Elea, bahwa Tuhan adalah Esa, dan
bahwa dunia yang sebnarnya adalah tidak berubah, dan bagi Plato dunia tersebut
adalah dunia idea (eidos) bahwa Plato sependapat dengan kaum Sofis bahwa
pengetahuan adalah tidak mungkin, apabila hanya terbatas pada yang menampak
saja (sensibilia) dan dari Sokrates gurunya ia memperoleh pengertian bahwa
pengetahuan yang sebenarnya adalah dengan malalui pembentukan konsep.
Doktrin utama
dari ajaran plato adalah tentang “Eidos” yaitu tentang ajaran idenya dalam
pernyataan bahwa:
Ajaran filsafat
idealisme Plato
1.
Ajaran tentang
dunia EIDOA atau dunia ide atau bentuk. Pengertian apriotis yang diperoleh
tentang bentuk lebih dulu dan nyata dari pengertian tentang bendanya.
2.
Ide ata konsep
yang potensial, abstrak dan umum lebih nyata dari benda yang aktual, individual
dan konkrit.
3.
Filsafat ala
Plato mengakui dualisme antara dunia ideal dan dunia riil, dimana dunia
ideal merupakan asaa pertama dan utama, sedang dunia riil yang
disebut dunia kebendaan Plato adalah asas sekunder
4.
Filsafat
psikologi mengakui trichotomi daripada hakekat jiwa, cipta, rasa dan karsa.
(kognisi, emosi dan konasi). Jiwa bersifat “immortal” (abadi, tidak mati)
5.
Filsafat etika
dan sosil mengakui dan bersifat aristokkratis, yang mengakui tiga strata
sosial, yaitu kelas filosof yang menjunjung nilai norma kebijaksanaan (wisdom),
kelas tentara yang menjunjung nilai keberanian (courage), dan kelas pekerja
yang mengamalkan nilai ketabahan (perverance). Plato menentang milik
perseorangan dan monogami.
6.
Filsafat
pengetahuan atau epitemologi atau teori pengetahuan mengakui perbedaaan antara
“opinion” hasil persepsi pancaindera, dan “pure knowledge”. Atau ilmu murni
yang bersifat rasional dan aprioris.
“ideas are
neither mental or a physical, but nonetheles real”, non temporal non spatial,
eternal an immutable”oleh sebab itu “ide” adalah sesuatu pengertian yan
bersifat abstrak, dan di mana tidak mungkin dimengerti atau diperoleh dengan
pengamatan, sehingga harus dicapai atau diperoleh dengan berpikir dan pikiran.
Itulah sebabnya dia membagi ilmu pengetahuan menjadi dua tingkat, yang pertama
“Opinion” pendapat yang diperoleh dengan pancaindera, dan yang kedua adalah
“genuine knowledge” yang dianggap lebih tinggi dan diperoleh dengan berpkir dan
pikiran meleluui metode diatlektika sehingga diperoleh apa yang disebut konsep
(koncepts)
5. ARISTOTELES (c. 384 -322 BC)
Pembahasan
tentang tokoh dan kontroversial ini tidaklah mudah, bukan karena sulitnya jalan
pemikirannya, tetapi luasnya bidang masalah yang dikemukakan da diselesaikan,
sehingga penulis dipaksa untuk menentukan pilihan mana yang harus dibahas
dan mana yang harus dilewatkan dalam buku sederhana ini. Ini berarti apa yang
dibahas oleh tokoh ini.
Langsung pada
pokok persoalan pembahasan tentang aliran pemikiran filsafat Aristoteles akan
du mulai dengan pengajuan suatu bagan perbandingan antara filsafat moral
Plato dan Aristoteles, seperti di bawah ini.
BAGAN PERBANDINGAN ANTARA FILSAFAT
MORAL PLATO DAN ARISTOTELES
Plato
|
Aristoteles
|
a.
Kebijakan
(wisdom)
b.
Keberanian
(courage)
c.
Ketabahan-ketekunan
(perseverence)
|
a.
Kebijakan
(wisdome)
b.
Ketabahan
(prudence)
c.
Disciplin
(habituation)
d.
Keadilan
(justice)
e.
Madyatama
(doctrine of mean)
f.
Reason (logis
rasional)
|
Masa triumvirat disebut masa
pembangunan kembali ajaran-ajaran filosof sebelumnya dengan cara menentukan
perbedaan dn persamaanya, meneliti mana yang benar dan baik, serta membuang
yang salah dan jelek. Hasil analisa komparasi tersebut diperoleh suatu
ajaran filsafat yang lebih sistematis, yang merupakan sistem pemikiran yang
lebih koheren dan konsisten, yang mampu menyelesaikan problema mandasar
daripada ilmu filsafat, seperti subtansi pertama, teori moral kesusilaan dan
teori ilmu pengetahuan.
Aristoteles adalah seorang aristokrat
intelektual di antara triumvirat, atau trimurti filosof Yunanni Klasik, dan
seperti biasanya si bungsu orangnya cerdas, keras dan lebih realistik, sehingga
mendapat julukan “the great synthiser or compromiser”. Itulah sebabnya ajaran
filsafat Aristotele lebih sistematis, sempurna dari ajaran filosofi klasik yang
mendahuluinya. Termasuk kedua gurunya, sokrates dan Plato yang dihormatinya.
Aristoteles mampu melengkapi, meluruskan dan mengsistematiskan ajaran-ajaran
filosofi-filosofi sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan jalan
pikiran dalam filosofi tidak terjadi sekonyong-konyong. Ini ternyata benar
dengan timbulnya Filosofi Klasik Yunani. Seperti dissebut di atas, aliran
sofisme mulai mengubah pandangan kemanusia sebagai makhluk yang
berpengetahuan dan berkemauan. Tetapi sofime terlalu mengemukakan pendirian
yang subyektif, relatif dan skeptis. Sebab itu tak mungkin ia menjadi suatu
sistim pengetahuan yang bulat. Sofisme tak lebih dari masa pendahuluan ke zaman
klasik.
Sistematis periodisasi, masalah-masalah yang dihadapi diajukan mendahului
pembahasan masing-masing tokoh dan
ajarannya, dan ini dengan maksud untuk lebih jelas memberikan gambaran umum
tentang ilmu filsafat, yang sampai saat ini masih dianggap sebagai induk dari
cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain. Dua hal ini yang perllu mendapatkan
perhatian adalah pertama tentang penulisan tahun perkembangan pemikiran atau
ajaran dan penulisan nama-nama tokoh yang nampaknya terdapat tidak keseragaman
di antara sumber-sumber kepustakaan yang digunakan.
Tiga tokoh filosofi Yunani yakni, Sokrates, Plato,
Aristoteles.
1.SOCRATES (470 – 399 SM)
Dengan sekuat tenaga
ia menentang ajaran para sofis. Ia membela yang benar dan yang baik, sebagai
nilai-nilai yang obyektif yang harus di junjung tinggi oleh semua orang. Ia
seorang filsuf yang jujur dan berani. Ia dihukum mati dengan meminum cawan
berisi racun. Murid yang paling setia adalah Plato.
2. PLATO (427 – 347 SM)
Dilahirkan di Antena dalam
kalangan bangsawan, ia mendirikan sekolah diberi Akademia. Menurut Plato ,
manusia dapat dibandingkan orang tahanan, mereka hanya melihat bayang-bayang
yang dipantulkan dinding gua, namun setelah dilepaskan mereka melihat cahaya
matahari yang menyilaukan, dan orang yang lepas tadi, masuk lagi ke dalam gua
dan memberitahukan kepada teman-temannya bahwa bayangan di dalam gua itu bukan
realitas, Tapi realitas yang diceritakan kepada teman-temannya dalam gua tidak
dipercaya oleh mereka
Menurut plato realitas
seluruhnya seakan terbagi atas 2 dunia (dunia yang terbuka
dengan rasio dan dunia yang terbuka dengan pancaindra).
Dunia rasio terdiri dari ide-ide dan dunia pancaindra terdiri dari jasmani.Dunia yang ideal.(yang terdiri dari ide-ide) merupakan obyek bagi rasio kita,
Dunia rasio terdiri dari ide-ide dan dunia pancaindra terdiri dari jasmani.Dunia yang ideal.(yang terdiri dari ide-ide) merupakan obyek bagi rasio kita,
Apabila dunia jasmani
dengan cara yang tidak sempurna, maka filsuf harus sanggup melepaskan diri dari
dunia jasmani agar sanggup memandang dunia ideal yang sempurna.
Dalam manusia terdapat
terdapat jiwa dan tubuh, Sebelum dilahirkan dalam tubuh jasmani, jiwa sudah
berada dan memandang ide-ide, sekarang jiwa merasa terkurung dalam tubuh dan
senantiasa rindu akan memandang bahagia yang dinikmatinya sebelum lahir dalam tubuh,
tetapi dalam eksistensi jasmani sekarang. Manusia sanggup pula memperoleh
sedikit pengetahuan tentang ide-ide yang pernah dipandang dan ingatan itu dapat
dihidupkan kembali sejauh manusia melepaskan diri dari dunia jasmani.
3. ARISTOTELES (384 – 322 SM)
Berasal dari Stageira
di daerah thrake, Yunani utara, belajar dalam Akademi Plato di Anthena, tinggal
di sana sampai plato wafat. 2 tahun mengajar pangeran Alexander Agung , lalu
kemudian Ia mendirikan sekolah bernama Lykeion (dilatinkan Lyceum) . Aristoteles
lebih kearah ilmu pengetahuan yang sedapat mungkin menyelidiki dan mengumpulkan
data kongkret. Kritik tajam ditujukan pada Plato tentang ide-ide, jadi manusia
yang kongkret aja. Ia berpendapat setiap jasmani terdiri 2 hal yaitu bentuk dan
materi, Namun yang dimaksudkannya bentuk materi dalam arti metafisika. Materi
menurutnya adalah materi yang pertama (hyle prote) .
Dengan kata pertama dimaksudkan bahwa
meteri sama sekali tidak ditentukan. Dengan kata pertama materi pertama selalu
mempunyai salah satu bentuk Bentuk (morphe) ialah perinsip yang menentukan.
Karena materi pertama suatu benda merupakan benda kongkret mempunyai kodrat
tertentu, termasuk jenis tertentu (pohon misalnya bukan binatang) dan akibatnya dapat
di kenal oleh rasio kita.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Saipullah H.A, Drs, “Antara Filsafat dan
Pendidikan”,
Usaha
Nasional, Surabaya,1980
Hatta, Muhammad, ”Alam Pikiran
Yunani”,
Tirtanas, Jakarta,1980
M.A.W.,
Brouwer, Drs., Heryadi., B.Ph., M.P. Sejarah Fisafat Barat Modern dan
Sejaman, Alumni, Bandung, 1986
http//
www.scribdd.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar