MAKALAH
FANA DAN BAQO
FANA DAN BAQO
SEMESTER
I
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
AKHLAK SASAWUF
DOSEN MATA KULIAH
--------------------
DISUSUN OLEH :
SURIMAN
PROGRAM
STUDI
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM BREBES ( STAIB )
TAHUN
2013
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Fana Dan Baqa
B. Tokoh yang mengembangkan Fana dan Baqa
C. Fana dan Baqa dalam pandangan Al-Qur’an
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim
Puji syukur kehadirat Allah SWT.
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah “Akhlak Tasawuf” yang berjudul “Al-Fana,
Al-Baqa Dan Ittihad”
Sholawat serta salam kita sanjungkan
kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah
menuju zaman Islamiyah seperti sekarang ini.
Kami menyadari dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Dan semoga bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penyusun pada
khususnya. Amin
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tasawuf merupakan disiplin ilmu yang
lebih banyak berbicara persoalan-persoalan batin, kondisi-kondisi rohani dan
hal-hal lain. Pengalaman-pengalaman yang dibentuk melalui proses ajaran sufi
bersifat mistis dan hampir selalu mengarah kedalam, yang sangat pribadi dan
sulit dikomunikasikan kepada orang lain.
Karena kecenderungan mereka dalam
mengungkapkan dunianya yang lebih mengarah kepada hal-hal mistis, maka
persan-pesan Al-Qur’an dan hadist oleh mereka tidak difahami dari sudut makna
lahiriahnya, tetapi dari
sisi tafsir batiniah dan diungkapkan dalam kata-kata kiasan dan pelambang
seperti fana’, baqa’, dan Ittihad. Sehingga pada
gilirannya mengalami benturan pemahaman yang tidak jarang melahirkan cash
sosial dan politik dengan kelompok syar’I yang memang lebih banyak menekankan
pemahaman keagamaan dari aspek bentuk makna lahiriah.
Pada bab ini
kita akan mengkaji al-fana, al-baqa, dan Al-Ittihad dari segi
pengertian dan hubungannya. Kemudian akan dilanjutkan dengan
tingkatan-tingkatan Al-fana, Al-baqa,
dan Al-Ittihad dalam pandangan Al-Qur’an.
B.
Rumusan Masalah
1. Pengertian dan Kedudukan Al-Fana,
Al-Baqa, dan Al-Ittihad ?
2. Tokoh pemgembang Al-Fana dan Hikmahnya !
3.
Bagaimana pandangan Al-Qur’an tentang Al-Fana, Al-Baqa dan Al-Ittihad ?
C. Tujuan
Masalah
1.
Untuk mengetahui pengertian dan hubungan antara Al-Fana, Al-Baqa, dan
Al-Ittihad.
2.
Untuk mengetahui Siapa Tokoh yang memperkenalkan Al-Fana dan
Hikmah
Al-Fana.
3.
Untuk mengetahui pandangan Al-Qur’an tentang Al-Fana, Al-Baqa dan Al-Ittihad
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Fana Dan Baqa.
Dari segi bahasa Al-Fana
berarti hilangnya wujud sesuatu. Fana menurut kalangan sufi adalah hilangnya
kesadaran pribadi dengan dirinya sendiri atau dengan sesuatu yang lazim
digunakan pada diri.
Menurut istilah Fana artinya
hilang atau hancur. Fana adalah proses menghancurkan diri bagi seorang sufi
agar dapat bersatu dengan Tuhan. Yang dimaksud dengan menghancurkan diri adalah
menghancurkan hawa nafsu, atau kesenangan material duniawi. Sedangkan Baqa
artinya tetap, terus hidup. Baqa adalah sifat yang mengiringi dari proses fana
dalam penghancuran diri untuk mencapai ma’rifat. Seorang sufi untuk mencapai
ma’rifat harus bisa menghancurkan diri terlebih dahulu, dan proses penghancuran
diri inilah di dalam tasawuf disebut Al Fana yang diiringi oleh Al baqa.
Proses penghancuran diri
(Fana) tidak dapat dipisahkan dari Baqa (tetap, terus hidup), maksudnya
adalah apabila proses penghilangan suatu sifat (Maksiat) dari dalam sifat
manusia , maka yang muncul kemudian adalah sifat yang lainya (Taqwa) yang ada
pada manusia.
Tujuan Fana dan Baqa adalah
mencapai penyatuan secara ruhaniyah dan bathiniyiah dengan Tuhan sehingga yang
disadarinya hanya Tuhan dalam dirinya.
Sedangkan kedudukan Fana
dan Baqa merupakan hal, karena hal yang demikian itu terjadi terus
menerus dan juga karena dilimpahkan oleh Tuhan. Fana merupakan keadaan dimana
seseorang hanya menyadari kehadiran Tuhan dalam dirinya, dan lebih merupakan
alat, jembatan atau maqam menuju ittihad
(penyatuan Rohani dengan Tuhan). Tatkala Fana dan Baqa berjalan selaras
dan sesuai dengan fungsinya maka seorang Sufi merasa dirinya bersatu dengan
Tuhan, suatu tingkatan yang mencintai dan dicintai telah menjadi satu.
B. Tokoh yang mengembangkan Fana dan Baqa.
Dalam sejarah tasawuf, Abu Yazid
al-Bustami disebut-sebut sebagai Sufi yang pertama kali memperkenalkan paham
Fana dan Baqa. Nama kecilnya adalah Thaifur. Nama beliau sangat istimewa dalam
kalangan kaum Sufi.
E. Fana dan Baqa
dalam pandangan Al-Qur’an.
Fana dan Baqa merupakan jalan
menuju Tuhan, hal ini sejalan dengan firman Allah yang berbunyi:
يرجوا كان فمن واحد اله الهكم انما الي حي يو مثلكم بشر انا انما قل
احدا ربه بعبادة يشرك ولا صالحا عملا فليعمل ربه لقاء
Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya
aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa
sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (QS Al-Kahfi :110)
Ayat tersebut memberi petunjuk
bahwa Allah SWT. telah memberi peluang kepada manusia untuk bersatu dengan
Tuhan secara rohaniyah atau bathiniyah, yang caranya antara lain dengan beramal
shaleh, dan beribadat semata-mata karena Allah, menghilangkan sifat-sifat dan
akhlak buruk (Fana), meninggalkan dosa dan maksiat, dan kemudian menghias diri
dengan sifat-sifat Allah, yang kemudian ini tercakup dalam konsep Fana dan
Baqa, hal ini juga dapat dipahami dari isyarat ayat di bawah ini:
كرام والا الجلل ذل ربك وجه ويبقي ° فان علية من كل
Artinya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan”. (Q. S. Ar-Rahman: 26-27)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fana adalah proses menghancurkan
diri bagi seorang sufi agar dapat bersatu dengan Tuhan. Sedangkan Baqa adalah
sifat yang mengiringi dari proses fana dalam penghancuran diri untuk mencapai
ma’rifat. Secara singkat, Fana adalah gugurnya sifat-sifat tercela, sedangkan
Baqa adalah berdirinya sifat-sifat terpuji. Adapun tujuan Fana dan Baqa adalah
mencapai penyatuan secara ruhaniyah dan bathiniyiah dengan Tuhan sehingga yang
disadarinya hanya Tuhan dalam dirinya. Sedangkan kedudukan Fana dan Baqa
merupakan hal. Dalam sejarah
tasawuf, Sufi yang pertama kali memperkenalkan paham Fana dan Baqa adalah Abu
Yazid al-Bustami.
B. Saran
Demikianlah isi dari
makalah kami, yang menurut kami telah
kami susun secara sistematis agar pembaca mudah untuk memahaminya.
Kami akui makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Drs. H. Abuddin Nata, M.A., Akhlak Tasawuf, Cetakan ke-11 Jakarta,
April 2012, Pt. Garafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar