Jumat, 18 September 2015

MAKALAH FANA DAN BAQO



MAKALAH

FANA DAN BAQO
 
SEMESTER I



DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
AKHLAK SASAWUF


DOSEN MATA KULIAH
--------------------

DISUSUN OLEH :

SURIMAN


PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BREBES ( STAIB )
TAHUN 2013

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Fana Dan Baqa
B. Tokoh yang mengembangkan Fana dan Baqa
C. Fana dan Baqa dalam pandangan Al-Qur’an
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA









KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah “Akhlak Tasawuf” yang berjudul Al-Fana, Al-Baqa Dan Ittihad
Sholawat serta salam kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah seperti sekarang ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penyusun pada khususnya. Amin




                                                                               


                                                                                                Penyusun










BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Tasawuf merupakan disiplin ilmu yang lebih banyak berbicara persoalan-persoalan batin, kondisi-kondisi rohani dan hal-hal lain. Pengalaman-pengalaman yang dibentuk melalui proses ajaran sufi bersifat mistis dan hampir selalu mengarah kedalam, yang sangat pribadi dan sulit dikomunikasikan kepada orang lain.
Karena kecenderungan mereka dalam mengungkapkan dunianya yang lebih mengarah kepada hal-hal mistis, maka persan-pesan Al-Qur’an dan hadist oleh mereka tidak difahami dari sudut makna lahiriahnya, tetapi dari sisi tafsir batiniah dan diungkapkan dalam kata-kata kiasan dan pelambang seperti fana’, baqa’, dan Ittihad. Sehingga pada gilirannya mengalami benturan pemahaman yang tidak jarang melahirkan cash sosial dan politik dengan kelompok syar’I yang memang lebih banyak menekankan pemahaman keagamaan dari aspek bentuk makna lahiriah.
Pada bab ini kita akan mengkaji al-fana, al-baqa, dan Al-Ittihad dari segi pengertian dan hubungannya. Kemudian akan dilanjutkan dengan tingkatan-tingkatan Al-fana,  Al-baqa, dan Al-Ittihad dalam pandangan Al-Qur’an.
B.  Rumusan Masalah
1.   Pengertian dan Kedudukan Al-Fana, Al-Baqa, dan Al-Ittihad ?
2.   Tokoh pemgembang  Al-Fana dan Hikmahnya !
3.   Bagaimana pandangan Al-Qur’an tentang Al-Fana, Al-Baqa dan Al-Ittihad ?
C.  Tujuan Masalah
1.   Untuk mengetahui pengertian dan hubungan antara Al-Fana, Al-Baqa, dan
      Al-Ittihad.
2.   Untuk mengetahui Siapa Tokoh yang memperkenalkan  Al-Fana dan Hikmah
      Al-Fana.
3.   Untuk mengetahui pandangan Al-Qur’an tentang Al-Fana, Al-Baqa dan Al-Ittihad
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Fana Dan Baqa.
Dari segi bahasa Al-Fana berarti hilangnya wujud sesuatu. Fana menurut kalangan sufi adalah hilangnya kesadaran pribadi dengan dirinya sendiri atau dengan sesuatu yang lazim digunakan pada diri.
Menurut istilah Fana artinya hilang atau hancur. Fana adalah proses menghancurkan diri bagi seorang sufi agar dapat bersatu dengan Tuhan. Yang dimaksud dengan menghancurkan diri adalah menghancurkan hawa nafsu, atau kesenangan material duniawi.  Sedangkan Baqa  artinya tetap, terus hidup. Baqa adalah sifat yang mengiringi dari proses fana dalam penghancuran diri untuk mencapai ma’rifat. Seorang sufi untuk mencapai ma’rifat harus bisa menghancurkan diri terlebih dahulu, dan proses penghancuran diri inilah di dalam tasawuf disebut Al Fana yang diiringi oleh Al baqa.
Proses penghancuran diri (Fana)  tidak dapat dipisahkan dari Baqa (tetap, terus hidup), maksudnya adalah apabila proses penghilangan suatu sifat (Maksiat) dari dalam sifat manusia , maka yang muncul kemudian adalah sifat yang lainya (Taqwa) yang ada pada manusia.
Tujuan Fana dan Baqa adalah mencapai penyatuan secara ruhaniyah dan bathiniyiah dengan Tuhan sehingga yang disadarinya hanya Tuhan dalam dirinya.
Sedangkan kedudukan Fana dan Baqa merupakan hal, karena hal yang demikian itu terjadi terus menerus dan juga karena dilimpahkan oleh Tuhan. Fana merupakan keadaan dimana seseorang hanya menyadari kehadiran Tuhan dalam dirinya, dan lebih merupakan alat, jembatan atau maqam menuju ittihad (penyatuan Rohani dengan Tuhan). Tatkala Fana dan Baqa berjalan selaras dan sesuai dengan fungsinya maka seorang Sufi merasa dirinya bersatu dengan Tuhan, suatu tingkatan yang mencintai dan dicintai telah menjadi satu.
B.  Tokoh yang mengembangkan Fana dan Baqa.
Dalam sejarah tasawuf, Abu Yazid al-Bustami disebut-sebut sebagai Sufi yang pertama kali memperkenalkan paham Fana dan Baqa. Nama kecilnya adalah Thaifur. Nama beliau sangat istimewa dalam kalangan  kaum Sufi.

            E.     Fana dan Baqa dalam pandangan Al-Qur’an.
Fana dan Baqa merupakan jalan menuju Tuhan, hal ini sejalan dengan firman Allah yang berbunyi:
يرجوا كان فمن واحد اله الهكم انما الي حي يو مثلكم بشر انا انما قل
احدا ربه بعبادة يشرك ولا صالحا عملا فليعمل ربه لقاء

Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (QS Al-Kahfi :110)
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa Allah SWT. telah memberi peluang kepada manusia untuk bersatu dengan Tuhan secara rohaniyah atau bathiniyah, yang caranya antara lain dengan beramal shaleh, dan beribadat semata-mata karena Allah, menghilangkan sifat-sifat dan akhlak buruk (Fana), meninggalkan dosa dan maksiat, dan kemudian menghias diri dengan sifat-sifat Allah, yang kemudian ini tercakup dalam konsep Fana dan Baqa, hal ini juga dapat dipahami dari isyarat ayat di bawah ini:

 
 كرام والا الجلل ذل ربك وجه ويبقي  ° فان علية من كل

Artinya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan”. (Q. S. Ar-Rahman: 26-27)


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Fana adalah proses menghancurkan diri bagi seorang sufi agar dapat bersatu dengan Tuhan. Sedangkan Baqa adalah sifat yang mengiringi dari proses fana dalam penghancuran diri untuk mencapai ma’rifat. Secara singkat, Fana adalah gugurnya sifat-sifat tercela, sedangkan Baqa adalah berdirinya sifat-sifat terpuji. Adapun tujuan Fana dan Baqa adalah mencapai penyatuan secara ruhaniyah dan bathiniyiah dengan Tuhan sehingga yang disadarinya hanya Tuhan dalam dirinya. Sedangkan kedudukan Fana dan Baqa merupakan hal. Dalam sejarah tasawuf, Sufi yang pertama kali memperkenalkan paham Fana dan Baqa adalah Abu Yazid al-Bustami.

B. Saran
Demikianlah isi dari makalah kami, yang menurut kami  telah kami susun secara sistematis agar pembaca mudah untuk memahaminya.
Kami akui makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA



Prof. Drs. H. Abuddin Nata, M.A., Akhlak Tasawuf, Cetakan ke-11 Jakarta,
 April 2012, Pt. Garafindo Persada





Tidak ada komentar:

Posting Komentar