KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong
hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugah kuliah semester 1 STAIBrebes, dan sekaligus untuk dapat mengetahui
tentang pengertian isim, ciri-ciri dan pembagiannya yang penulis sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penulis
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Isim dan Macam-Macamnya”
dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah banyak membantu serta teman-teman disekitar penulis yang
telah memberikan dukungan agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penulis mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Bandung, 10 November 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Al-Quran turun dengan bahasa Arab dikarenakan
Rasulullah Saw dan para Mukhatab pertamanya menggunakan bahasa tersebut. ”Dan
Jikalau kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab,
tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” apakah
(patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?”
[Fushilat: 44 ]
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, kata terbagi menjadi
tiga yaitu Isim, Fi’il, dan Huruf. Namun pada makalah ini akan dibahas tentang
isim. Isim adalah kata yang bermakna namun tidak terikat dengan waktu. Fi’il
adalah kata kerja. Dan Huruf adalah kata penghubung.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses
penyusunan makalah ini adalah “Isim dan Macam-Macamnya”.
Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari
meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :
- Apakah pengertian dari Isim?
- Apakah ciri-ciri dari Isim?
- Apa saja pembagian dari Isim?
1.3. Tujuan Penulisan
Pada dasarnya tujuan penulisan karya tulis ini terbagi
menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan
makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kulian Bahasa Arab.
Adapun Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah :
- Mengetahui pengertian dari Isim.
- Mengetahui ciri-ciri dari Isim.
- Mengetahui pembagian dari Isim.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Isim
كَلِمَةٌ
دَلَّتْ عَلىَ مَعْنًى وَ لَمْ يَقْتَرِنْ بِزَمَنٍ .
Artinya : “Jenis kata yang mengandung makna yang
tidak terikat dengan waktu
(tenses)”.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ISIM adalah
semua jenis kata benda atau segala sesuatu yang dikategorikan benda; baik benda
mati maupun benda hidup, tanpa berkaitan dengan masalah waktu. Di sisi lain, ISIM
(kata benda) ada yang bersifat konkrit (dapat dijangkau indera) dan ada pula
yang bersifat abstrak (tidak dijangkau diindera).
2.2. Ciri-Ciri Isim
Isim memiliki beberapa ciri, yaitu sebagai berikut:
- Berharokat kasroh atau kasrohtain : Jika suatu kata mempunyai akhiran kasroh, maka bisa dikatakan ia adalah isim.
Contoh :
رَضِيْتُ
بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِْسْلاَمِ دِيْنًا
Kata yang di garis bawah (للهِ dan لإِْسْلاَمِ)
di atas termasuk isim, dikarenakan akhiran katanya berupa harokat kasroh.
- Tanwin :
Jika suatu kata berakhiran tanwin, maka ia adalah isim.
Contoh :
ضَرَبَ اللهُ
مَثَلاً كَلِمَةً طَيِِّبَةً
Kata bergarisbawah (مَثَلاً
كَلِمَةً طَيِِّبَةً)
di atas merupakan isim, terlihat dari adanya tanwin pada akhirannya.
- Terdapat لا pada awal kata
Contoh :
المَلِكُ
القُدُّوْسُ السَّلاَمُ
Kata yang bergaris bawah (keseluruhan kata) di atas
merupakan isim, karena bergandengan dengan لا.
Perlu diketahui, jika suatu isim bergandengan dengan لا, maka isim tersebut tidak boleh
di tanwin, begitu pula sebaliknya, sehingga isim tidak boleh kemasukan tanda لا dan tanwin pada satu kata, namun isim harus mempunyai salah satu dari
kedua tanda di atas, baik itu لا saja atau tanwin saja.
- Terletak setelah huruf jer
Diantara huruf-huruf jer adalah : (مِنْ – إِلَى – عَنْ –
عَلَى – فِي – رُبَّ –
بِـ – كَا – لِـ..
)
مِنْ
: Dari عَنْ :
Dari
بِـ
: Dengan
إِلَى
: Ke لِـ
: Milik,
Kepunyaan
كَا
: Seperti
عَلَى
: Di atas رُبَّ : Betapa
banyak, acapkali فِي :
Di dalam
Contoh :
فِي بَيْتٍ مِنْ
بُيُوْتِ اللهِ
Dari contoh di atas, kata بَيْتٍ dan بُيُوْتِ , termasuk isim karena terletak
setelah huruf jer.
- Idhofah (penyandaran) = Mudhof mudhof ‘ilaih : Jika terdapat dua kata yang bergandengan, dengan kata yang kedua mempunyai akhiran kasroh, maka kedua kata tersebut kemungkinan besar adalah isim.
Contoh : كِتَابُ
مُحَمَّدٍ
: Kitabnya Muhammad
دِيْنُ الإِسْلاَمِ
: Agama Islam
Kata pertama sebagai mudhof (yg disandarkan) dan kata
kedua sebagai mudhof ilaih (yang menyandarkan). Kata yang kedua di atas adalah
isim, karena idhofah, dan terlihat pada kata kedua mempunyai akhiran kasroh.
2.3. Pembagian Isim
Isim terbagi oleh beberapa macam. Yaitu berdasarkan
jenisnya, berdasarkan jumlah benda, berdasarkan terdefinisi (khusus) atau tidak
terdefinisi (umum) dan berdasarkan huruf akhir dan sakal (tanda) akhirnya.
3
- Isim Berdasarkan Jenisnya
Isim berdasarkan jenisnya dibagi menjadi dua bagian
yaitu isim mudzakkar (laki-laki) dan isim muannats (perempuan), masing-masing
bagian tersebut ada yang faktanya berjenis kelamin laki-laki (hakiki) dan
perempuan (hakiki) dan ada yang hanya lafadznya saja, sedangkan faktanya sama
sekali tidak diketahui jenis kelaminnya (benda). Mudzakkar hakiki dan muannats
hakiki sangat mudah dibedakan dan tidak memerlukan ciri-ciri khusus, sedangkan
yang lafdzi untuk membedakannya diperlukan ciri-ciri serta cakupannya.
- diakhiri dengan ta’ marbuthoh (ة) Ciri Muannats Lafdzi:
Contoh : النَّافِذَةُ ،
المَدْرَسَةُ
Cakupan Muannats Lafdzi meliputi :
- Alat tubuh yang berpasangan
Contoh: عَيْنٌ ، يَدٌّ
، أُذُنٌ ، رِجْلٌ
- Benda yang
tidak dapat dihitung
Contoh: سَحَابٌ ، رِيْحٌ ، النَّارُ - Oleh orang
Arab digolongkan muannats (sima’i)
Contoh: النَّفْسُ ، السَّمَاءُ ، سُوْقٌ ، طَرِيْقٌ ، دَارٌ ، قَمَرٌ ، سَمْشٌ ، اَرْضٌ - Seluruh
benda yang jumlahnya lebih dari dua satuan (jamak).
Kaidahnya: كُلُّ جَمْعٍ مُؤَنَّثٌ (setiap jamak adalah muannats)
Contoh: اَبْوَابٌ (pintu-pintu) نَوَافِذُ (jendela-jendela)
- Apabila tidak terdapat ciri muannats dan tidak tercakup dalam isim muannats seperti di atas, maka isim tersebut adalah Mudzakkar.
4
- Isim Berdasarkan Jumlah Benda
Berdasarkan jumlah bendanya isim dibagi menjadi tiga,
yaitu isim mufrod, isim mutsanna dan isim jamak. Isim mufrod adalah isim
yang jumlah bendanya satu satuan (satu biji, satu helai, satu pohon dan
sebagainya), biasanya ditandai dengan dhommah, fathah, kasroh. Isim mutsanna
adalah isim yang jumlah bendanya dua satuan. Tanda khas yang mudah diketahui
dari isim ini adalah akhirannya …َانِatau …َيْنِ untuk mudzakkar dan تَانِ atau تَيْنِ untuk muannats. Isim jamak adalah isim yang
jumlah bendanya lebih dari dua satuan. Isim jamak ini dibagi tiga bagian, yaitu
jamak mudzakkar salim (جَمْعُ الْمُذَكَّرِ السَّلِمِ),
jamak muannats salim (جَمْعُ الْمُؤَنَّثِ السَّلِمِ)
dan jamak taksir (جَمْعُ التَّكْسِيْرِ).
- Isim jamak mudzakkar salim berasal dari isim mudzakkar mufrod dan rangkaian hurufnya tidak ada yang diubah hanya ditambah (ـُوْنَ) atau (ـِيْنَ) di akhirnya.
Contoh : مُسْلِمُوْنَ atau مُسْلِمِيْنَ berasal dari مُسْلِمٌ
- Isim jamak muannats salim berasal dari isim muannats mufrod dan rangkaian hurufnya tidak ada yang dirubah hanya ta’ marbuthoh di akhir kata yang menjadi ciri isim muannats dipisahkan dulu dengan menambah alif mati menjadi ـَاتٌ atau ـَاتٍ.
- Isim jamak taksir dapat berasal dari isim mudzakkar mufrod atau isim muannats mufrodah, akan tetapi rangkaian hurufnya terjadi pemecahan baik ditambah atau dikurangi. Isim ini tidak memiliki aturan dan tanda
5
khas, sehingga harus dihafal.
Contoh : اَبْوَابٌ berasal dari بَابٌ , نَوَافِذُ berasal dari نَافِذَةٌ
- Berdasarkan Terdefinisi (Khusus) atau Tidak Terdefinisi (Umum)
Berdasarkan umum dan khususnya isim dibagi menjadi
dua, yaitu isim nakiroh (umum) dan isim ma’rifat (khusus).
- Isim nakiroh ditandai dengan adanya tanwin ( ـًـ ، ــٍ ، ــٌ )
Contoh : هُدٌى ، كِتَابٌ
- Isim ma’rifat mencakup tujuh jenis, yaitu :
- Isim yang diawali dengan Al (لا)
Contoh : الهُدَى ،
الكِتَابُ
- Isim dhomir (kata ganti)
- Isim isyaroh (kata tunjuk)
- Isim maushul (kata sambung)
- Isim alam (nama)
- Isim munada (yang dipanggil)
- Isim idhofat (yang disandarkan)
Masing-masing jenis isim tersebut, akan dibahas berikut
ini.
- Isim Dhomir
Kata ganti ini digolongkan ke dalam isim ma’rifat
karena fungsinya untuk menggantikan isim tertentu.
Berdasarkan penampakkannya dalam tulisan, isim dhomir
dibagi dua, yaitu isim dhomir bariz (tampak dalam tulisan) dan isim dhomir mustatir
(tidak tampak dalam tulisan). Pada bab ini hanya dibahas isim dhomir bariz,
sedangkan isim dhomir mustatir dibahas setelah membahas kalimat sempurna.
Isim dhomir bariz dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu
isim dhomir bariz muttashil (tersambung dengan kata lain) seperti : لَكُمْ = كُمْ + لَ dan isim dhomir bariz munfashil (berdiri sendiri)
seperti : اَنْتَ ، هُوَ
6
- b. Isim isyaroh ( اِسْمُ الاِشَارَةِ )
Kata tunjuk digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena
fungsinya untuk menunjuk isim-isim tertentu.
Kata tunjuk ini berbeda sesuai dengan Ietak isim yang
ditunjuk serta jenis dan jumlahnya. Perbedaan kata tunjuk ini antara isim dekat
(qorib) dengan jauh (ba’id) yaitu ha tanbih ( هَـ ) di awal untuk qorib dan adanya dhomir mukhotob di
akhir untuk isim ba’id ( كُمَا ، كَ atau كُمْ ).
Selain isim isyaroh ada yang dikaitkan dengan letak, jenis dan jumlahnya, ada
juga isim isyaroh yang dikaitkan dengan letaknya saja.
Seperti : هُنَا ، هُنَاكَ
، هُنَالِكَ
- c. Isim Maushul ( اِسْمُ الْمَوْصُوْلِ )
Isim maushul ini digolongkan ke dalam isim ma’rifat
karena fungsinya untuk mengkhususkan suatu isim tertentu dengan kalimat yang
ada sesudahnya.
Selain isim maushul yang digunakan untuk menghubungkan
isim berdasarkan jenis dan jumlahnya, ada pula isim maushul yang sifatnya umum
(tidak dilihat mudzakkar atau muannats-nya) yang digunakan untuk yang berakal
atau yang tidak. Yaitu مَا (apa-apa,
apa saja) digunakan untuk isim yang tidak berakal (اِسْمُ
المَوْصُوْلِ لِغَيْرِ اِلْعَاقِلِ )
dan مَنْ (siapa
saja/barang siapa) digunakan untuk isim yang berakal ( اِسْمُ
المَوْصُوْلِ لِِلْعَاقِلِ ).
- d. Isim Alam ( اِسْمُ الْعَلَمِ )
Isim alam adalah isim yang digunakan untuk nama
tertentu tanpa membutuhkan penjelasan. Isim ini ma’rifat karena setiap nama
menunjukkan isim tertentu. Pada bagian ini akan dikhususkan pada kata yang
digunakan untuk nama manusia. yang dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
- Isim khos (nama asli)
Contoh : عَائِشَةُ ،
عُمَرُ
7
- Kunyah ( كُنْيَةٌ ) : julukan
Adalah nama yang diawali dengan kata : اِبْنٌ ، اُمٌّ ، اَبٌdan بِنْتٌ
Contoh : اُمُّ الْمؤمنين
، اِبْنُ الْخَطَّابِ ، اَبُوْ حَفْصٍ dan lain-lain.
- Laqob ( لَقَبٌ ) : gelar
Diberikan khusus kepada orang-orang yang mempunyai
kelebihan dalam suatu perkara.
Contoh : الصِّدِّيْقُ ،
الرَّشِيْدُ ، الفَارُوْقُ dan lain-lain.
- e. Isim Munada ( اِسْمُ الْمُنَادَى )
Adalah isim yang berada setelah huruf nida. Isim ini
menjadi ma’rifat karena setiap objek yang diseru. pasti telah tertentu dan
diketahui oleh si penyeru. Huruf nida terdiri dari huruf nida untuk dekat,
untuk jauh dan untuk dekat dan jauh.
Isim munada dibagi lima, yaitu : mufrod alam, nakiroh
maqsudah, mudhofan, sibhul mudhof, nakiroh ghoiru maqsudah dan khusus lafdzul
jalalah. Pada bagian ini hanya dibahas tiga jenis isim munada yang banyak
dijumpai dalam Al-Qur’an atau bacaan sehari-hari, yaitu isim munada mufrod
(satu kata), munada mudhofan dan isim munada khusus lafdzul jalalah.
- Isim munada mufrod
Yaitu isim munada yang terdiri dari satu kata
bentuknya nakiroh, akan tetapi tidak boleh pakai tanwin setelah diawali huruf
nida. Tanda akhirnya tetap rofa (salah satu tandanya dhommah).
Contoh : يَا مُسْلِمُ
- Isim munada mudhofan
Isim munada yang berbentuk idhofah (disandarkan).
Tanda akhir untuk kata yang disandarkan adalah nashob (salah satunya fathah).
Contoh : يَا رَسُوْلَ
اللهِ
Kadang-kadang huruf nida dapat dibuang jika berbentuk
do’a
seperti : يَا رَبَّنَا menjadi رَبَّنَا
seperti : يَا رَبَّنَا menjadi رَبَّنَا
8
- Isim munada khusus lafdzul jalalah (اَللهُ)
Sebenarnya termasuk isim munada mufrod, akan tetapi
isim munada ini ada pengkhususan yaitu : bentuknya ma’rifat يَا اَللهُ dan huruf nida bisa diganti dengan huruf mim yang
bertasydid ditarik di akhirnya yaitu : اَللّهُمَّ
Catatan :
Apabila isim munada mufrod dalam bentuk ma’rifat baik
dengan ” لا ”
ataupun isim maushul, maka setelah يا tidak dapat
langsung tersambung dengan isim tersebut, tetapi harus diselingi dengan lafadz اَيُّهَا (untuk isim mudzakkar) dan اَيَّتُهَا (untuk
isim muannats).
Contoh : يَااَيَّتُهَا
النَّفْسُ ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ
- f. Isim Idhofat (kata yang disandarkan) ( اِسْمُ اْلإِضَافَةِ )
Penyandaran (idhofat) ini hanya terjadi antara dua
isim (tidak fiil dan tidak juga huruf) Isim yang pertama yang disandarkan
disebut mudhof ( مُضَافٌ )
sedangkan isim yang disandari disebut mudhof ilaihi (مُضَافٌ
إِلَيْهِ ), yang merupakan isim ma’rifat
adalah isim yang menjadi mudhof, sedangkan yang menjadi mudhof ilaihi dapat
ma’rifat dapat pula nakiroh tergantung bentuknya. Yang perlu dipahami bahwa
mudhof ilaihi itu tidak boleh kata sifat, dan bentuknya tetap majrur (salah
satu tandanya kasroh).
Sedang ketentuan untuk mudhof adalah :
- Tidak boleh ada ” لا “
- Tidak boleh tanwin
- Apabila isim mutsanna dan jamak mudzakkar salim, nun yang berada di akhirnya dibuang.
Contoh : رَسُوْلُ اللهِ
= اللهُ + رَسُوْلٌ
وَالِدَيْهِ
= ـهِ + وَالِدَيْنِ
بَنِيْ اِسْرَائِيْلَ
= اِسْرَائِيْلَ +
بَنِيْنَ
- Berdasarkan Huruf Akhir dan Sakal (tanda) Akhirnya
9
Berdasarkan huruf akhir dan sakal akhirnya isim dibagi
4 jenis, yaitu isim shohih akhir, isim mu’tal akhir, asmaul khomsah dan isim
ghoiru munshorif.
- Isim shohih akhir ini sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya, terdiri dari isim mufrod, mutsanna, jamak taksir, jamak mudzakkar salim dan jamak muannats salim.
- Isim mu’tal akhir artinya isim yang huruf akhirnya berupa huruf illat yaitu alif mati atau ya’ mati ( ىْ atau يْ ). Jika akhirnya alif mati disebut isim maqshur ( الاِسْمُ المَقْصُوْرُ ) seperti : مُوْسَى ، هُدَى , dan jika akhirnya ya’ mati disebut isim manqus ( الاِسْمُ المَنْقُوْصُ ) seperti : الهَادِيْ ، القَاضِيْ
- Asmaul khomsah (isim yang lima) adalah isim yang jumlahnya lima buah, yaitu : اَبٌ ، اَخٌ ، حَمٌ ، فُ ، ذُ .
Kelimanya memiliki kesamaan bentuk yaitu diakhiri
dengan wawu jika rofa’ seperti : اَبُوْكَ ،
اَخُوْكَ ، حَمُوْكَ ، فُوْكَ ، ذُوْ مَالٍ
Diakhiri dengan alif jika nashob, seperti : اَبَاكَ ، اَخَاكَ ، حَمَاكَ ، فَاكَ ، ذَا مَالٍ
Diakhiri dengan ya’ jika majrur, seperti : اَبِيْكَ ، اَخِيْكَ ، حَمِيْكَ ، فِيْكَ ، ذِيْمَالٍ
- Isim ghoiru munshorif (isim yang tidak menerima tanwin).
Ada beberapa isim yang tidak ber ” لا ” dan bukan sebagai mudhof, akan
tetapi tidak dapat menerima tanwin. Isim semacam ini disebut isim ghoiru munshorif.
Yang termasuk isim ghoiru munshorif adalah :
- Sebagian besar nama orang yang bukan bentukan dari kata lain, seperti : فَاطِمَةُ ، عُثْمَانُ ، عُمَرُ dll.
- Shighot muntahal jumuk ( صغة منتهى الجموع ), bentuk jamak yang sama dengan مَفَاعِلُ dan مَفَاعِيْلُ, seperti : مَسَاجِدُ
- Mengandung alif ta’nits mamdudah ( الف التأنيث الممدودة ) seperti : صَحْرَاءُ ، سَوْدَائُ ، حَمْرَاءُ
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Isim adalah semua jenis kata benda atau segala sesuatu
yang dikategorikan benda; baik benda mati maupun benda hidup, tanpa berkaitan
dengan masalah waktu.
Isim memiliki ciri-ciri yaitu berharakat kasroh,
bertanwin (fathahtain, kasrohtain dan dhommahtain), terdapat لا pada awal kata, terletak setelah huruf jer dan idhofah atau penyandaran.
Isim terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu
berdasarkan jenisnya, berdasarkan jumlah benda, berdasarkan terdefinisi
(khusus) atau tidak terdefinisi (umum) dan berdasarkan huruf akhir dan sakal
(tanda) akhirnya.
Isim berdasarkan jenisnya terbagi dua, yaitu Muannats
dan Mudzakar. Isim berdasarkan jumlah benda terbagi tiga, yaitu Isim Mufrod,
Isim Mutsanna dan Isim Jamak. Isim berdasarkan terdefinisi (khusus) atau tidak
terdefinisi (umum) terbagi dua, yaitu Isim Nakiroh dan Isim Ma’rifat. Isim
berdasarkan huruf akhir dan sakal (tanda) terbagi empat, yaitu isim shohih
akhir, isim mu’tal akhir, asmaul khomsah dan isim ghoiru munshorif.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ibrah. “Pembagian Isim”. pada http://ibrah78gorut.blogdetik.com/category/nahwu-i/pembagian-isim.html, diakses pada
09 November 2011
Ryper. “Pengenalan Isim dan Tanda-Tandanya”. pada http://ryper.blogspot.com/2009/11/pelajaran-2-pengenalan-isim-dan-tanda.html. diakses pada
09 November 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar