MATERI
PERKEMBANGAN
KURIKULUM
INDONESIA 1947 –
2013
Semester
V
Mata
Kuliah
Analisis
Pengembangan Kurikulum
Dosen
Pengampu
Asikin,S.Pd
Oleh:
Suriman
PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM BREBES ( STAIB )
Tahun 2015
KURIKULUM RENCANA PELAJARAN (1947-1968)
Isi yang terkandung dalam kurikulum Rencana Pelajaran
: Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan.
Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa
Inggris). Kurikulum yang dipakai oleh Bangsa Indonesia pada tahun 1947 adalah
Rencana Pelajaran 1947. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan
kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok, yaitu:
(1) daftar mata
pelajaran dan jam pengajarannya,
(2) garis-garis
besar pengajaran.
Kurikulum ini
boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda dan
kurikulum ini tujuannya tidak menekankan pada pendidikan pikiran, tetapi yang
diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
Sedangkan materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian
terhadap kesenian dan pendidikan jasmani
RENCANA PELAJARAN TERURAI 1952
Pembentukan Panitia Penyelidik Pengajaran pada masa
Mr. Soewandi sebagai Menteri PP dan K (Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan)
adalah dalam rangka mengubah sistem pendidikan kolonial ke dalam sistem
pendidikan nasional. Salah satu hasil panitia tersebut yang menyangkut
kurikulum adalah bahwa setiap rencana pelajaran pada setiap tingkat pendidikan
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Depdikbud, 1979:108):
a). Pendidikan
pikiran harus dikurangi
b). Isi
pelajaran harus dihubungkan terhadap kesenian
c). Pendidikan
watak d). Pendidikan jasmani
e).
Kewarganegaraan dan masyarakat.
Silabus mata pelajarannya jelas sekali, seorang guru
mengajar satu mata pelajaran. Fokusnya pada pengembangan Pancawardhana ( five
principles of development ), yaitu :
a) Daya cipta,
b) Rasa,
c) Karsa,
d) Karya,
e) Moral
KURIKULUM 1964
Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah bahwapemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat
pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran
dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta,
rasa, karsa, karya, dan moral (Hamalik, 2004). Mata pelajaran diklasifikasikan
dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keprigelan (keterampilan), dan jasmani. Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. TAP MPRS XXVI tahun 1966
menentukan bahwa pendidikan haruslah diarahkan pada
(a)
mempertinggi mental-moral-budi pekerti dan memperkuat keyakinan beragama,
(b)
mempertinggi kecerdasan dan ketrampilan, dan
(c) membina/ memperkembangkan fisik yang kuat dan
sehat.
KURIKULUM 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum
1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari
Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan
pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat. Isi
dari kurikulum 1968 ialah mempertinggi mental-moral-budi pekerti dan memperkuat
keyakinan beragama, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan,
membina/memperkembangkan fisik yang kuat dan sehat. Kurikulum 1968 menekankan
pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya Sembilan
KURIKULUM
1975
Lahirnya
kurikulum 1975 bertujuan untuk mencapai tujuan instruksional umum, tujuan
instruksional khusus, dan berbagai rincian lainnya. Adapun ciri-ciri lebih
lengkap kurikulum ini adalah sebagai berikut: 1). Berorientasi pada tujuan. 2).
Menganut pendekatan integratif dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti
dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih
integratif. 3). Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan
waktu. 4). Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa
mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan
dalam bentuk tingkah laku siswa. 5). Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan
menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill). H.
KURIKULUM
1984
Sebelum
pemberlakuan kurikulum 1984, yaitu pada tahun 1983 mata pelajaran Pendidikan
Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) ditetapkan sebagai mata pelajaran wajib.
Dengan demikian maka pendidikan idiologi dilakukan melalui Pendidikan Pancasila
yang memiliki komponen Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4),
Pendidikan Moral Pancasila (PMP), dan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
(PSPB). Kurikulum 1984 mengusung process skill approach
. Meski
mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting.
Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum
1975 yang disempurnakan”.
Ciri-Ciri
umum dari Kurikulum CBSA adalah: 1). Berorientasi pada tujuan instruksional.
2). Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA). 3). Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan
Bangsa (PSPB). 4). Materi pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin
tinggi tingkat kelas semakin banyak materi pelajaran yang di bebankan pada peserta
didik. 5). Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. 6).
Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru
kemudian diberikan latihan setelah mengerti.
KURIKULUM
1994
Kurikulum 1994 ini merupakan revisi terhadap kurikulum 1984 tetapi pada
dasarnya keduanya tidak memiliki perbedaan yang prinsipil. Orientasi pendidikan
pada pengajaran disiplin ilmu menempatkan kurikulum sebagai instrumen untuk ”transfer
of knowledge”.
Penyempurnaan terjadi pada materi pendidikan sejarah karena materi
pendidikan sejarah yang tercantum dalam kurikulum SMA 1984 (nama baru SMA
berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 adalah SMU) dianggap tidak
lengkap, maka kurikulum SMU 1994 menyempurnakannya. Kurikulum 1994 dibuat
sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan UU no. 2
tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada
sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke
sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun
menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat
menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada
pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
KURIKULUM 2004 (KBK)
Secara singkat dengan KBK ini ditekankan agar siswa yang mengikuti
pendidikan di sekolah memiliki kompetensi yang diinginkan. Kompetensi merupakan
perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yang
ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Mulyasa, E.,
2010:37). Sehingga KBK diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat siswa agar dapat melakukan
sesuatu dalam bentuk keterampilan, tepat, dan berhasil dengan penuh tanggung
jawab. Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada: (1) hasil dan dampak
yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman
belajar yang bermakna, dan (2) keberagaman yang dapat dimanifestasikan
sesuai dengan kebutuhannya (Puskur, 2002a). Tujuan yang ingin dicapai
menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal.
KURIKULUM 2006 (KTSP)
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target
kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak
perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah
guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan
lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan
kerangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan
kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan
telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Tujuan KTSP ini meliputi
tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan
potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum
disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Tujuan
Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan
SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan
pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan
yang bersangkutan.
KURIKULUM 2013
Muhammad Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menegaskan bahwa
kurikukulum terbaru 2013 ini lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran
kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Adapun ciri kurikulum
2013 yang paling mendasar ialah menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan
dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang
telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan
informasi. Kesiapan guru berdampak pada kegiatan guru dalam mendorong
siswa melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa
yang telah mereka peroleh setelah menerima materi pembelajaran. Sedangkan
untuk siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan,
kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan
berpikir kritis. Tujuannya adalah terbentuk generasi produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif. Khusus untuk tingkat SD, pendekatan tematik integrative
memberi kesempatan siswa untuk mengenal dan memahami suatu tema dalam berbagai
mata pelajaran. Pelajaran IPA dan IPS diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar